Pemerintahan Islam sejak zaman Khulafaur Rasyidin hingga awal zaman Dinasti Muawiyyah
DINAMIKA
POLITIK DARI MASA PEMERINTAHAN USMAN BIN AFFAN HINGGA MASA PEMERINTAHAN YAZID I
BIN MUAWIYAH
A.
LATAR BELAKANG
Politik adalah usaha
untuk menggapai kehidupan yang lebih baik. Dalam politik terdapat unsur-unsur
yang saling berkaitan yaitu Negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,
kebijakan, dan pembagian. Suatu Negara pasti mempunyai pemimpin yang berdaulat
. Pemimpin itu juga yang mengambil keputusan dan menetapkan kebijakan untuk
negaranya. Kebijakan yang dibuat oleh pemimpin bertujuan untuk kebaikan
rakyatnya. Namun, terkadang kebijakan
seorang pemimpin itu juga dapat menimbulkan dinamika-dinamika perpecahan hingga
konflik. Dalam sejarah Islam terdapat pula dinamika-dinamika. Dinamika-dinamika
umat Islam sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad hingga saat ini.
Islam mulai muncul di
jazirah Arab pada abad ke-7 M. Agama Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi
Muhammad lahir pada tahun 571 M di Mekkah. Pada umur 40 Tahun, Nabi Muhammad
menerima wahyu dan menyampaikannya kepada masyarakat Mekkah. Pada awalnya, Nabi
Muhammad menyampaikan wahyu secara sembunyi-sembunyi. Setelah itu, ia
menyampaikan wahyu secara terang-terangan. Dalam menyampaikan ajaran Islam di
Mekkah, ia mendapat banyak sekali
tantangan sehingga ia berpindah ke Yastrib. Di Yastrib, ia mendirikan Negara
dimana nabi sendiri sebagai pemimpinnya. Langkah awal yang dilakukan Nabi di
Yastrib adalah mendamaikan suku Aus dan Khazraj yang selalu bertikai. Ia juga
mendirikan Masjid untuk tempat Ibadah dan tempat diskusi umat Islam untuk
menyelesaikan suatu permasalahan. Ia juga membuat perjanjian dengan kaum Yahudi
di Madinah dengan membuat Piagam Madinah. Ketika Nabi memimpin, Negara Madinah
selalu perang melawan suku Quraisy. Perang pertama orang Muslim melawan suku
Qurasiy adalah perang Badar yang dimenangkan oleh orang Muslim. Lalu suku
Quraisy membalas di perang Uhud. Konflik antara suku Quraisy dan orang Muslim
berakhir dengan ditandatanganinya perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian ini
dimanfaatkan oleh Nabi untuk menyebarkan Islam ke Negara lain selain Mekkah.
Ada Negara yang merespon dengan positif, namun ada pula yang merespon dengan
negatif. Strategi Nabi inilah yang membuat umat Islam semakin banyak dan suku
Quraisy merasa terdesak. Suku Quraisy yang merasa terdesak itupun mulai
melanggar perjanjian. Nabi lalu menanggapi tindakan tersebut dengan membawa
10.000 tentara untuk menggempur Mekkah. Nabi dan pasukannya memasuki Mekkah
tanpa perlawanan. Setelah Mekkah ditaklukan, Nabi mengalahkan Bani Tsaqif dan
Bani Hawazin di Hunain. Pada tahun 632 M, Nabi Muhammad wafat. Menjelang
wafatnya, Nabi memang tidak menunjuk siapa pengganti untuk memimpin umat Islam.
Hal tersebut dilakukan agar umat Islam dapat memilih sendiri pemimpinnya.
Setelah bermusyawarah
akhirnya umat Islam memlilih Abu Bakar sebagai Khalifah. Abu Bakar memerintah
selama dua tahun. Dalam pemerintahannya, ia memerangi nabi-nabi palsu dan
orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Abu Bakar meninggal pada tahun 634
M.
Umar bin Khattab
menggantikan Abu Bakar melalui musyawarah yang dilakukan oleh umat Islam. Dalam
pemerintahannya, ia berhasil menaklukan Syria, Mesir, dan menghancurkan
kekaisaran Sassanid Persia sehingga luas Negara Islam pada saat itu meliputi
Jazirah Arab, Syria, Mesir, dan Persia. Umar juga menetapkan pajak tanah dan
pembayaran gaji prajurit. Ia juga membangun Baitul Mal untuk pembangunan
Negara. Ia juga menciptakan tahun Hijriyah.Umar memerintah selama sepuluh
tahun. Pada tahun 644 M, Ia dibunuh oleh budak Persia yang bernama, Abu
Lu’lu’ah. Umat Islam pun menunjuk Usman sebagai pemimpin.
Di zaman Usman inilah
muncul perpecahan umat Islam. Hal ini disebabkan karena salah satu kebijakan
Usman yang menyebabkan kekecewaan dan berakhir dengan konflik internal umat
Islam. Hal ini terjadi hingga masa pemerintahan Yazid bin Muawiyyah.Jadi,
pemerintahan Usman bin Affan hingga Yazid I bin Muawiyyah terjadi konflik
internal umat Islam. Konflik internal ini berdampak hingga saat ini. Dan hal
inilah yang akan saya bahas dalam artikel ini.
B.
PEMBAHASAN
Seperti yang dijelaskan tadi, bahwa pada zaman
pemerintahan Usman bin Affan hingga pemerintahan Yazid I bin Muawiyyah terjadi
konflik internal umat Islam. Konflik internal pada saat itu terjadi pada masa pemerintahan
Usman bin Affan (644 – 655 M), Ali bin
Abi Thalib (655 – 660 M), Muawiyyah I bin Abu Sufyan (661 - 680 M), dan Yazid
bin Muawiyyah (680 – 683 M).
·
- Masa
Pemerintahan Usman bin Affan
Pada tahun 644 M, Usman
bin Affan memimpin umat Islam dan menggantikan Umar bin Khattab. Ia memerintah
selama 11 tahun. Di masa pemerintahannya, ia berhasil menaklukan Armenia,
Tunisia, Siprus, Transoxania, dan Tabaristan. Ia juga membangun bendungan,
jalan, dan memperluas masjid nabi di Madinah. Ia juga me-Mushafkan Al-Qur’an.
Mushaf Al-Qur’an ini dilakukan karena pada saat itu banyak penghafal Al-Qur’an
yang meninggal pada saat perang. Mushaf ini sangat berdampak positif bagi umat
Islam hingga saat ini. Dengan adanya Mushaf Al-Qur’an, umat Islam dapat membaca
Al-Qur’an hingga saat ini. Walaupun begitu, Umar bersikap lemah terhadap para
kerabatnya. Ia menempatkan kerabat-kerabatnya di kursi-kursi pemerintahan. Hal
inilah yang membuat umat Islam kecewa dan timbullah konflik internal.Pada masa
akhir politik pemerintahan Usman, situasi politik umat Islam semakin mencekam
dan timbul pemberontakan-pemberontakan. Usman bin Affan meninggal pada tahun
655 M. Ia dibunuh oleh para pemberontak yang berhasil memasuki rumahnya. Ia
dimakamkan di perkuburan Baqi, Madinah.
·
- Masa
Pemerintahan Ali bin Abu Thalib
Karena situasi politik
yang kurang mendukung, pada tahun 655 M, Ali bin Abi Thalib ditunjuk menjadi
khalifah. Ia memerintah selama 5 tahun.Dalam pemerintahannya, ia berusaha untuk
memperbaiki konflik internal umat Islam.
Pada masa
pemerintahannya terjadi perang Jamal. Perang Jamal artinya perang unta karena
pada saat itu Aisyah binti Abu Bakar menaiki unta pada saat berperang. Perang
ini disebabkan karena adanya kesalahpahaman. Aisyah menganggap Ali tidak segera
menghukum para pembunuh Usman. Lalu Aisyah mengajak Zubair bin Awwam dan
Thalhah bin Ubaidillah untuk memerangi Ali. Sebenarnya Ali ingin menyelesaikan
perkara ini secara damai, namun perang tidak dapat terelakkan. 20.000 pasukan
pimpinan Ali bertemu dengan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Thalhah
bin Ubaidillah, dan Aisyah binti Abu Bakar. Peperangan ini akhirnya dimenangkan
oleh Ali. Zubair dan Thalhah wafat dalam perang ini dan Aisyah tertawan
walaupun pada akhirnya Aisyah dibebaskan kembali. Pada pemerintahannya ia juga
selalu berkonflik dengan Muawiyyah, yang pada saat itu menjabat sebagai
gurbernur Damaskus. Konflik antara Ali dan Muawiyyah inilah yang menghasilkan
perang Siffin. Pada awalnya, Ali berusaha menghindari perang dan mau
menyelesaikan konflik dengan damai. Namun penyelesaian dengan jalan damai itu
gagal sehingga meletuslah pertempuran. Pada awal pertempuran, pasukan Ali
berhasil mendesak pasukan Muawiyyah mundur. Namun karena kecerdikan Muawiyah
atas nasihat dari Amr bin Ash, ia mengikatkan Al-Qur’an pada ujung tombak tentaranya
dan menuntut agar perselisihan itu diselesaikan menurut Al-Qur’an. Hal itu
disambut baik oleh Ali. Ada beberapa orang yang kecewa atas keputusan Ali dan
beberapa orang inilah yang menjadi cikal bakal lahirnya golongan Khawarij.
Namun ada juga orang yang menyetujui tindakan Ali tersebut. Setelah perang
berhenti, kedua pihak harus menunjuk perwakilan masing-masing untuk
perundingan. Karena perwakilan dari pihak Muawiyah, Amr bin Ash lebih lihai,
pihak Ali pun kalah perundingan. Setelah perang Siffin berakhir, pihak Ali pun
semakin melemah, sedangkan pihak Muawiyyah pu semakin menguat. Pihak Ali pun
terpecah menjadi dua golongan yaitu golongan Khawarij dan golongan Syiah.
Penyelesaian kompromi
antara Ali dengan Muawiyyah memang tidak menguntungkan bagi Ali, karena hal
tersebut menyebabkan pecahnya kaum muslimin, sehingga posisi Ali semakin
melemah dan Muawiyyah semakin menguat. Sehingga pada tahun 660 M, Ali terbunuh
oleh salah seorang anggota khawarij. Kemudian kedudukan Ali digantikan oleh
anaknya, Hasan selama beberapa bulan.
Namun karena menguatnya pengaruh Muawiyyah, maka Hasan membuat perjanjian damai
dengan Muawiyyah. Perjanjian damai ini berisi tentang penyatuan umat Islam
kembali dibawah pimpinan Muawiyyah bin Abu Sufyan. Sehingga pada tahun 661 M,
kekuasaan umat Islam berada dibawah pemerintahan Muawiyyah bin Abu Sufyan.
Dengan demikian berakhirlah masa Khulafa’
ar-Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani
Umayyah.
·
- Masa
Pemerintahan Muawiyyah bin Abu Sufyan
Memasuki masa kekuasaan
Muawiyyah, pemerintahan Islam yang bersifat demokratis melalui musyawarah
berubah menjadi monarki. Sistem monarki yang dibentuk oleh Muawiyyah
terinspirasi dari Persia dan Byzantium. Kekalifahan Muawiyyah diperoleh melalui
kekerasan, diplomasi dan tipu daya bukan melalui musyawarah bersama.
Pada masa
pemerintahannya, ia berhasil menaklukan Tunisia. Ia juga dapat menguasai daerah
Khurasan sampai ke sungai Oxus. Ia juga menguasai Kabul. Pada masa
pemerintahannya, Bani Umayyah mengepung konstantinopel pada tahun 677 M dibawah
pimpinan Sufyan bin Auf. Putra Muawiyyah, Yazid I bin Muawiyyah turut ikut
dalam pengepungan ini.
Selama masa
pemerintahannya, ia mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda
yang selalu siap di tiap pos, Ia juga mendirikan kantor percetakan uang.
Muawiyyah wafat pada tahun 680 M. Masa pemerintahan Bani Umayyah selanjutnya
dipegang oleh Yazid I bin Muawiyyah.
·
- Masa
Pemerintahan Yazid I bin Muawiyyah
Yazid I bin Muawiyyah
diangkat menjadi khalifah menggantikan Ayahnya pada tahun 680 M. Pada saat
pembaiatan Yazid menjadi khalifah, Husein bin Ali tidak setuju terhadap
pembaiatan tersebut sehingga terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan
terbunuhnya Husein bin Ali.
Yazid I bin Muawiyyah
memerintah dengan tangan besi. Ia memaksa siapapun untuk menuruti keinginannya.
Pada masa pemerintahannya terjadi pembunuhan terhadap Husein bin Ali. Husein
bin Ali menentang pembaiatan Yazid karena proses pemindahan khalifah menurutnya
harus melalui proses musyawarah bukan melalui keturunan. Pada awalnya, Husein
bin Ali berusaha menyelesaikan ini dengan berbicara kepada Yazid. Ia dan 70
rombongannya pergi ke Damaskus untuk berbicara kepada Yazid.Namun ketika di
Karbala, ia dicegat oleh pasukan Yazid. Lalu ia dan 70 rombongannya dibunuh
oleh pasukan Yazid I bin Muawiyyah. Dengan terbunuhnya Husein, pemberontakan
kaum Syiah semakin lebih menjadi-jadi. Pada masa pemerintahannya juga terjadi
pemberontakan yang dilakukan oleh Abdullah bin Zubair. Abdullah bin Zubair
membina gerakan oposisinya di Mekkah setelah ia menolak sumpah setia terhadap
Yazid. Ia menyatakan diri sebagai khalifah setelah kematian Husein bin Ali.
Mengetahui pemberontakan tersebut, Yazid mengirimkan tentara untuk mengepung
Mekkah. Kedua pasukan tersebut bertemu dan terjadilah pertempuran. Namun pertempuran
terhenti karena wafatnya Yazid pada tahun 683 M dan pasukan Bani Umayyah
terpaksa kembali ke Damaskus. Pemberontakan Abdullah bin Zubair ini baru dapat
dipadamkan pada masa kekuasaan Abd Al-Malik.
- Dampak
- Dampak
· Dampak dinamika politik
umat Islam pada masa pemerintahan Usman bin Affan hingga Yazid bin Muawiyyah
dapat dilihat sampai saat ini. Salah satunya adalah kebijakan Usman tentang
pemushafan Al-Qur’an. Pemushafan Al-Qur’an inilah yang membuat orang-orang bisa
membaca Al-Qur’an hingga saat ini. Dampak lainnya adalah terpecahnya Islam
menjadi dua aliran yaitu Sunni dan Syiah. Golongan Syiah ini sebenarnya mulai
muncul setelah wafatnya Nabi Muhammad saw, mereka berpendapat bahwa yang berhak
menjadi khalifah pengganti nabi adalah Ali. Aliran ini mulai Nampak jelas
ketika masa pemerintahan Usman bin Affan. Kekacauan internal umat Islam pada
masa Usman bin Affan dimanfaatkan oleh Abdullah bin Sabak. Ia menyebarkan
propaganda-propaganda yang menjelek-jelekkan Usman dan memuji-muji Ali sebagai
orang yang berhak menjadi Khalifah. Pengikut Abdullah bin Sabak adalah penduduk
Kufah dan Basrah. Munculnya golongan Khawarij yang timbul karena kekecewaan
terhadap sikap Ali saat perang Siffin. Pada masa Muawiyyah hingga tahun 1923,
sistem pemindahan kekuasaan Islam hanya didasarkan keturunan bukan musyawarah
lagi. Pada masa pemerintahan Yazid I bin Muawiyyah terjadi peristiwa pembunuhan
Husein bin Ali. Pembunuhan Husein bin Ali inilah yang membuat kaum Syiah
melakukan tradisi Rafidhah (Tradisi untuk menyiksa diri sendiri) yang dilakukan
setiap tanggal 10 Muharram.
C.
KESIMPULAN
Islam adalah agama yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw pada tahun 611 M. Islam pada awalnya disebarkan
di Mekkah. Namun karena situasi yang sulit akhirnya terjadilah hijrah ke kota
Yastrib. Di kota Yastrib inilah, Nabi mulai membangun sistem pemerintahan.
Sitem pemerintahan ini berjalan baik hingga umat Islam pada saat itu berhasil
menguasai seluruh jazirah Arab. Setelah wafatnya Nabi, kekuasaan pun dipegang
oleh sahabatnya. Pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar, pemerintahan Islam
stabil. Namun pada masa pemerintahan Usman bin Affan, mulai timbul konflik
internal umat Islam. Hal itu disebabkan karena kebijakan Usman yang mengangkat
beberapa keluarganya untuk menduduki kedudukan penting pemerintahan. Keadaan
ini semakin kacau pada masa pemerintahan Ali bin Abu Thalib. Pada masanya, umat
Islam terpecah menjadi 3 golongan yaitu Sunni, Syiah, dan Khawarij. Pada masa
akhir kekuasaan Ali dan setelah wafatnya Ali inilah yang dimanfaatkan oleh
Muawiyyah. Muawiyyah mengankat dirinya sebagai khalifah. Setelah wafatnya
Muawiyyah, ia digantikan oleh anaknya, Yazid. Pengangkatan Yazid inilah yang
menimbulkan protes yang dilakukan oleh Husein bin Ali dan menyebabkan wafatnya
Husein bin Ali. Dari serangkaian peristiwa tersebut berdampak pada umat Islam
hingga sekarang.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Munyawi, Syaikh Ramzi, Penerjemah Muhammad Ihsan. 2011. Muhammad Al-Fatih. Jakarta: PUSTAKA
AL-KAUTSAR.
Amin, Samsul Munir. 2009. Sejarah
Peradaban Islam. Wonosobo: AMZAH.
Budiarjo, Miriam. 2007. Dasar-dasar
Ilmu Politik. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama.
Syukur, Fatah. 2009. Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: PT PUSTAKA RIZKI PUTRA.
Yatim, Badri.
1993. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Komentar